Minggu, 09 Maret 2014

Traveling to Galunggung Mountain



Halo, Assalamualaikum,sampurasun, permisi, akang, teteh, om, tante, mas, cuy, broh, kence, semuanya deh… ketemu lagi dengan saya nih. Hmmm udah lama juga saya tidak posting di ni blog, seakan ini blog sudah tidak saya urus saja. Entahlah kayaknya saya males sekali buat nulis, biasa sibuk (ciee yang sok sibuk…). Padahal dulu buat blog ini buat ngisi waktu luang, buat keren-kerenan (ceritanya dulu emang lagi popular blog itu), sekalian tadinya emang ada tugas dari kampus dimana setiap mahasiswa harus punya blog dan tugasnya di upload di blog tersebut, akan tetapi setelah tugas kelar yah blog ini malah di campakkan begitu saja.
Gunung Galunggung merupakan gunung berapi dengan ketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut, terletak sekitar 17 km dari pusat kota Tasikmalaya. Terdapat beberapa daya tarik wisata yang ditawarkan antara lain obyek wisata dan daya tarik wanawisata dengan areal seluas kurang lebih 120 hektaree di bawah pengelolaan Perum Perhutani. Obyek yang lainnya seluas kurang lebih 3 hektar berupa pemandian air panas (Cipanas) lengkap dengan fasilitas kolam renang, kamar mandi dan bak rendam air panas.
Baiklah cukup rasanya menu pembuka untuk tulisan saya kali ini. Sebenarnya saya bingung mau nulis apaan, trus tiba-tiba saya teringat dengan perjalanan saya waktu ke kawah gunung Bromo Galunggung di Tasik. Setelah saya buka-buka folder simpenan foto-foto saya dari HP yess ada nih dokumentasinya (biasanya no foto = hoax, so karena fotonya ada jadi gak hoax kan).
Perjalanan ini memang sebelumnya sudah direncanakan beberapa hari sebelumnya oleh saya dan sodar saya via telepon (saat it saya lagi kerja di Bandung dan sodara saya sebut saja betet lagi di Tasik dan sodara saya satu lagi sebut saja oboh berada di Sumedang, kami telpon-telponan bertiga waktu itu karena memang saya lagi punya masalah dan sedang meminta solusi atau saran ke mereka). Kebetulan sodara saya Betet (nama aslinya Cecep) adalah pengantin baru yang pada tanggal 9 Februari 2014 lalu melakukan ijab qobul dengan sang istri Pipit. Betet itu orang Sumedang, sekampung sama saya, sodara juga, temen bermain juga (walau umur kami terpaut cukup jauh) sedangkan Pipit adalah orang Tasik, tapi sebenernya asli Sumedang juga. [skip cerita nikahannya ada di tulisan saya yang lain].